3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1
Perkenalkan nama Saya Yaya
Sunarya, S.Pd., calon Guru Penggerak Angkatan 7 dari SDN 1 Ciharalang
Cijeungjing Ciamis. Dalam tulisan ini saya akan berbagi terkait materi “Pengambilan Keputusan berbasis
nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin”. Materi ini merupakan salah
satu keterampilan khusus yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin, terutama
guru dan kepala sekolah yang setiap harinya dihadapkan dengan berbagai masalah
yang memerlukan keputusan yang cepat, bijak dan memiliki resiko kesalahan
paling minimal.
Tulisan ini dibuat berdasarkan
pernyataan dan pertanyaan pemantik agar alurnya terlihat lebih terarah dan
sistematis.
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun
mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Bob
Talbert)
Jika kita
mencermati tujuan
pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 yang berbunyi “tujuan pendidikan nasional
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”. Dari kalimat tersebut dapat difahami bahwa Pendidikan bukan hanya
sekedar proses transfer ilmu pengetahuan semata, akan tetapi yang paling utama
adalah membentuk manusia beriman dan berakhlak mulia. Jika Pendidikan hanya
sebatas transfer ilmu pengetahuan sedangkan akhlak diabaikan maka yang tercipta
hanya manusia berbudaya tapi tidak beradab, sebaliknya jika transfer ilmu
pengatahuan seiring dan sejalan dengan pembentukan akhlak maka bukan hanya akan
tercipta manusia berbudaya tapi juga memiliki peradaban yang luhur.
Oleh karena
itu, setiap keputusan yang diambil oleh guru haruslah berdasarkan tiga hal
penting yaitu berpihak pada murid, berdasarkan
nilai-nilai kebajikan universal (nilai agama, etika dan moral), dan bertanggung
jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.
“Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat
manusia menjadi berperilaku etis.” (Georg Wilhelm Friedrich
Hegel).
Ungkapan
ini masih sejalan dengan ungkapan yang pertama, bahwa Pendidikan tujuannya
bukan hanya melahirkan manusia yang cerdas kognitifnya saja, akan tetapi harus
juga cerdas afektifnya. Dua kecerdasan tersebut tidak dimiliki murid jika tidak
ditularkan dan diteladankan oleh gurunya, terutama dalam mengambil sebuah
keputusan strategis setiap harinya.
Setelah
kita mencoba memahami dua kalimat bijak tersebut, berikut ini adalah jawaban
dari soal modul 3.1 koneksi antar materi Pendidikan guru penggerak Pengambilan
keputusan
1.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan
Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai
seorang pemimpin?
Ki Hajar Dewantara dengan filsofi triloka merupakan
dasar berpijak seorang guru ketika mengambil keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran. Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi
tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan
dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang
pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah
Seorang pemimpin (Guru) harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat
dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk
kemajuan seorang muridnya.
Dari ungkapan diatas dapat diambil pelajaran
bahwa Ketika seorang Pendidik mengambil sebuah keputusan maka keputusan
tersebut harus terlebih dulu dipertimbangkan dengan matang, apakah keputusan
tersebut sudah tepat dan mampu menggerakan murid kearah yang lebih positif atau
sebaliknya. Selain itu, Ketika keputusan sudah dibuat maka pendidik tersebut
yang harus pertama kali melaksanakannya.
2.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri
kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan
suatu keputusan?
Nilai-nilai kebajikan dan system keyakinan
yang tertanam dalam diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan.
Sebagai manusia yang beragama, kita yakin apapun yang kita lakukan, kelak
akan dimintai pertanggungjawaban, begitu pula dengan pengambilan keputusan.
Nilai kejujuran, integritas sebagi pendidik akan tergambar dalam keteladanan
dan kebijakan – kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan
3.
Bagaimana materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan
pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama
dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah
pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan
dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini
tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada
sebelumnya
Teknik coaching akan sangat membantu dalam
proses pengambilan keputusan, terutama Ketika seorang pendidik menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi murid-muridnya. Pada umumnya seorang pendidik sering
memberikan keputusan hanya berdasarkan opini pribadinya dan sifatnya satu arah
atau tidak melibatkan murid, akibatnya murid banyak tidak menerima atau
ogah-ogahan melaksanakan keputusan tersebut. Jika dalam pengambilan keputusan
menggunakan prinsip coaching yaitu, kemitraan (guru dan murid Bersama-sama
mencari solusi), proses kreatif (adanya interaksi), dan memaksimalkan potensi
(keputusan yang dibuat mampu meningkatkan motivasi dan karsa murid), maka saya
yakin tingkat ketercapaian pelaksanaan keputusan oleh muridnya akan meningkat.
4.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan
menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu
keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari
sosial emosional sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. Seringkali sisi
emosi yang tidak stabil dari pendidik berpengaruh pada setiap keputusan yang
diambil, oleh karena itu pendidik harus terlebih dahulu menguasai Kompetensi
Sosial Emosional agar setiap keputusan yang diambil tepat dan meminimalisir
resiko kesalahan. Adapun 5 Kompetensi Sosial Emosional adalah kesadaran diri,
manajement diri, kesadaran sosial, keterampilan membanhun relasi, dan
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Jika 5 Kompetensi Sosial Emosional diatas sudah dikuasai maka akan menumbuhkan
empati dan simpati bagi kita sebagai pendidik. Dengan simpati dan empati kita
dapat merasakan apa yang peserta didik alami, dan kita dapat mengidentifikasi
permasalahan dengan bijaksana, sehingga dalam pengambilan keputusan kita dapat
menggiring murid menciptakan terobosan yang inofatif dan kreatif sebagai
alternatif solusi dalam setiap pengambilan keputusan.
Sebagai pemimpin pembelajaran setiap keputusan
harus berpihak pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan dengan memetakan
4 paradigma dilema etika yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa
kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang.
Pengambilan keputusan juga berpegang pada 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu
prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis
rasa peduli. Serta dipadukan dengan 9 langkah pengambilan keputusan. Sembilan
keputusan tersebut yaitu:
- Mengenali nilai-nilai
yang saling bertentangan
- Menentukan siapa saja
yang terlibat
- Mengumpulkan
fakta-fakta yang relevan
- Pengujian benar atau
salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji
halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola
- Pengujian paradigma
benar lawan benar
- Prinsip Pengambilan
Keputusan
- Investigasi Opsi
Trilemma
- Buat Keputusan
- Tinjau lagi keputusan
Anda dan refleksikan
1.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus
pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang
pendidik?
Sebagai makhluk sosial, manusia tentu akan
dihadapkan berbagai permasalahan yang juga terkait masalah sosial, begitu juga seorang
pendidik setiap saat dihadapkan permsalahan yang sama bahkan tidak jarang
dihadapkan pada dilemma etika. Pada tahap inilah empati dan simpati yang
terlatih akan mampu mengidentifikasi dan memetakan paradigma dilema etika agar
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran lebih bijak. Tentu saja
rasa empati dan pengelolaan diri dengan kesadaran penuh (Mindfulness)
akan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan tersebut. Selain itu
pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat
melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat
dengan jelas membedakan antara dilemma etika ataukah bujukan moral. Keputusan
yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir
kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak
berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.
6.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat,
tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan
nyaman.
Keputusan yang kita ambil akan berdampak baik
untuk jangka pendek maupun jangka Panjang, terutama pada proses proses
pembelajaran. Sebagai contoh seorang guru yang memutuskan untuk menerapakan
pembelajaran berdiferensiasi di kelas yang muridnya heterogen, atau beragam
latar belakang, pengetahuan dasar, minat dan bakatnya, akan menciptakan suasana
kelas yang nyaman dan kondusif setiap murid akan merasa difasilitasi dan
dilayani secara adil oleh gurunya sesuai kebutuhan masing-masing. Berbeda jika
KBM dilaksanakan secara seragam baik konten, proses maupun produknya, maka
tidak akan tercipta kelas yang kondusif dan nyaman bagi siswa, karena beberapa
anak akan merasa diabaikan karena tidak diakomodir kebutuhannya.
7.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda
untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika
ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Ketika
mengambil sebuah keputusan dalam sebuah permasalahan di lingkungan saya, sering
terjadi dilemma etika terutama dilemma Individu lawan kelompok (individual vs community) dan
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy). Disinilah letak tantangan
yang saya hadapi dalam proses pengambilan keputusan. Poin penting yang saya
lakukan sebelum mengambil keputusan adalah musyawarah dengan setiap orang yang
terlibat dalam masalah. Setelah mempelajari modul 3.1 ini, selain musyawarah
tentu saya akan menjalankan 9 prinsip dalam pengambilan keputusan agar
keputusannya lebih akurat.
8.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang
kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana
kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang
berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil
dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah merdeka belajar.
Merdeka belajar artinya murid bebas mencapai kesusksesan, kebahagiaan sesuai
minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Hal ini
diharapkan murid-murid akan sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia
karena sesuai dengan apa yang diinginkannya dan bertanggungjawab akan apa yang
menjadi pilihannya. Dengan kata lain semua pengambilan keputusan harus berpihak
pada murid, dan guru berfungsi untuk memfasilitasi, memoles bakat dan minat
yang sudah ada. Kurikulum merdeka sangat berorientasi pada murid, hal ini
terlihat dari kurikulum kelas X di SMA tidak ada lagi kotak-kotak jurusan MIPA,
IPS dan Bahasa. Semua siswa menerima materi pelajaran secara utuh dan mendalam.
Siswa diberikan kebebasan memilih mata pelajaran sesuai bakat dan minat serta
kebutuhannya di kelas XI. Hal ini sangat menguntungkan siswa, siswa mempelajari
mata pelajaran sesuai keinginan. Guru hanya memberi gambaran, fasilitas dan
mengkondisikan siswa agar memilih secara bertanggungjawab dan sesuai bakat,
minat serta kebutuhan. Proses pembelajaran di kelas, guru menyampaikan
pembelajaran berdiferensiasi hal ini merupakan satu contoh keputusan yang
berpihak pada murid. Menerapkan secara eksplisit maupun implisit KSE
adalah wujud nyata untuk memfasilitasi dan mengasah keterampilan social
smosional murid-murid kita.
9.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam
mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya?
Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya
bahwa setiap pengambilan keputusan akan membawa dampak baik jangka pendek VS
jangka panjang bagi murid-murid. Semua akan terekam dalam memori dan akan
menjadi role model bagaimana kelak murid -murid berpikir dan berpijak.
Bagaimana dia mengambil keputusan di masyarakat dikemudian hari. Pengambilan
keputusan bagi seorang pendidik harus keputusan yang tepat, benar dan bijak
melalui pengujian benar salah menggunakan lima uji yaitu uji legal, uji
regulasi, uji instuisi, uji publikasi dan uji panutan atau uji idola akan
menjadikan pengambilan keputusan kita akurat dan teruji sehingga tidak
menyesatkan murid-murid.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran
modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari
pembelajatana materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya adalah
pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki
oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang
dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Secara sadar keputusan itu akan
mewarnai pola pikir dan karakter bagi murid-murid. Sekolah sebagai Lembaga yang
melakukan proses transfer ilmu dan karakter selalu memberikan pelayanan kepada
murid-murid tentu saja banyak pengambilan keputusan yang mewarnai
kebijakan-kebijakan sekolah. Guru sebagai pemimpin pembelajaran secara sadar
mengambil keputusan bijak, dengan mengedepankan regulasi kesepakatan kelas,
keyakinan kelas untuk mewujudkan karakter dan budaya positif dalam kelas.
Pengambilan keputusan harus bertujuan mewujudkan budaya positif dan menggunakan
alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman
dan nyaman (well being). Suasana tersebut akan berdampak
melejitkan kompetensi baik itu pendidik maupun murid. Dalam pengambilan
keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk
menghantarkan muridnya. Murid yang cerdas dan berkarakter, menuju profil
pelajar Pancasila sesuai harapan kita semua. Dalam perjalanannya menuju profil
pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga
diperlukan panduan sembilan langkan pengambilan keputusan dan pengujian
keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut
berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Pembelajaran
diferensiasi merupakan salah satu bentuk merdeka belajar, karena dengan
pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid terpenuhi sesuai bakat, minat
dan kecenderungan gaya belajarnya. Pembelajaran kokulikuler juga salah satu
implementasi untuk mewujudkan karakter pelajar Pancasila. Berbagai tema dan
dimensi yang disiapkan memungkinkan murid terbiasa dengan nilai-nilai
positif dan pada akhirnya menjadi pembiasaan.
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda
pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma
pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar
dugaan?
Yang saya fahami dari konsep-konsep modul ini
adalah Ada 4 paradigma pengambilan keputusan
- Individu lawan
masyarakat
- kebenaran lawan
kesetiaan
- keadilan VS belas
kasihan
- Jangka Pendek VS jangka
panjang
Ada 3 prinsip mengambil keputusan
- berfikir berbasis akhir
- berfikir berbasi aturan
- berfikir berbasi
rasa peduli
Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian
keputusan
- Mengenali bahwa ada
nilai-nilai yang salingbertentangan
- Menentukan siapa yang
terlibat dalam situasi ini
- Mengumpulkan
fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
- Pengujian benar atau
salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji
panutan/idola)
- Pengujian paradigma
benar atau salah
- Prinsip pengambilan
keputusan
- Investigasi tri lema
- Buat keputusan
- meninjau kembali
keputusan dan refleksikan
Hal-hal
yang menurut saya diluar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan
bukan hanya berdasarkan sesuai pemikiran saja namun perlu melihat 4 paradigma,
3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Selama ini
saya berpikir terlalu cepat dan reaktif sehingga keputusan yang saya ambil
perlu ditinjau kembali agar tidak merugikan banyak orang.
12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan
keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa
bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini saya sering
mengambil keputusan dengan dihadapkan pada situasi dilema etika. Namun
tidak mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan. Keputusan yang saya ambil
biasanya hanya dari dua hal yang pertama sesuai dengan regulasi dan tidak
merugikan orang lain. Tidak melalukan uji benar vs benar. Dalam modul ini saya
belajar Langkah-langkah pengambilan keputusan dengan tepat dan akurat karena
ada 5 uji benar vs benar.
13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang
terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti
pembelajaran modul ini?
Menurut saya luar biasa sekali pembelajaran yang
ada pada modul 3.1 ini. Banyak ilmu yang saya terima dan insyaalloh akan sangat
bermanfaat untuk hari ini dan masa yang akan datang. Konsep yang saya pelajari
memberikan dampak luar biasa bagi pola pikir saya. Sebelum bertemu dengan modul
ini saya berpikir bahwa pengambilan keputusan hanya berdasarkan regulasi saja.
Ternyata banyak hal yang menjadi dasar, ada 4 paradigma dilemma etika yaitu:
individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan
rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth
vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).
Serta konsep pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga saya lebih yakin
dengan apa yang sudah saya tetapkan sebagai satu keputusan. Saya berencana akan
mengimplementasikan dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin
pembelajaran maupun dalam ikut serta pengambilan kebijakan di sekolah dan
komunitas praktisi yang saya ikuti. Saya berharap pengambilan keputusan
yang saya lakukan akan selalu berpihak pada murid.
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang
individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sebagai seorang guru, menurut saya materi pada
modul 3.1 sangat penting dan bermakna. Di lingkungan sekolah guru sebagai
pemimpin pembelajaran dan sebagai warga sekolah banyak keputusan yang akan
dikeluarkan menghasilkan kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai perjalanan
sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Guru
harus memiliki keterampilan pengambilan keputusan untuk dapat mewujudkan itu
semua. Keputusan yang bernilai kebajikan dan mampu mengimplementasikan 9
langkah pengambilan keputusan, sesuai 4 paradigma 3 prinsip penyelesaian
dilemma serta tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan
keputusan yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based
Thinking), Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis
hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji
Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based
Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule .
Demikian koneksi antar materi yang saya paparkan, saya menyadari masih sedikit
ilmu yang saya peroleh untuk itu mohon masukan dan informasi mendalam untuk
perbaikan. Saya berharap selalu dapat memperbaiki proses menjadi lebih baik,
karena saya yakin proses tidak akan menghianati hasil. Guru tergerak, bergerak
dan menggerakan. Guru bergerak Indonesia maju.
Komentar
Posting Komentar